Kata atau ayat adalah suatu unit dari suatu bahasa yang mengandung arti dan terdiri dari satu atau lebih morfem. Umumnya kata terdiri dari satu akar kata tanpa atau dengan beberapa afiks. Gabungan kata-kata dapat membentuk frasa, klausa, atau kalimat.

Morfem :  adalah satuan bentuk terkecil dalam sebuah bahasa yang masih memiliki arti dan tidak bisa dibagi menjadi satuan yang lebih kecil lagi.

Afiks atau imbuhan adalah bunyi yang ditambahkan pada sebuah kata – entah di awal, di akhir, di tengah, atau gabungan dari antara tiga itu – untuk membentuk kata baru yang artinya berhubungan dengan kata yang pertama

Frasa atau frase adalah sebuah istilah linguistik. Lebih tepatnya, frase merupakan satuan linguistik yang lebih besar dari kata dan lebih kecil dari klausa dan kalimat. Frase adalah kumpulan kata nonpredikatif. Artinya frase tidak memiliki predikat dalam strukturnya. Itu yang membedakan frase dari klausa dan kalimat.

Klausa dalam tata bahasa, adalah sekumpulan kata yang terdiri dari subjek dan predikat walau dalam beberapa bahasa dan beberapa jenis klausa, subjek dari klausa mungkin tidak tampak secara eksplisit dan hal ini khususnya umum dalam Bahasa bersubyek nol.

Kata-kata baku adalah kata-kata yang standar sesuai dengan aturan kebahasaaan yang berlaku, didasarkan atas kajian berbagai ilmu, termasuk ilmu bahasa dan sesuai dengan perkembangan zaman. Kebakuan kata amat ditentukan oleh tinjauan disiplin ilmu bahasa dari berbagai segi yang ujungnya menghasilkan satuan bunyi yang amat berarti sesuai dengan konsep yang disepakati terbentuk.

Kata baku dalam bahasa Indonesia memedomani Pedoman Umum Pembentukan Istilah yang telah ditetapkan oleh Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa bersamaan ditetapkannya pedoman sistem penulisan dalam Ejaan Yang Disempurnakan. Di samping itu, kebakuan suatu kata juga ditentukan oleh kaidah morfologis yang berlaku dalam tata bahasa bahasa Indonesia yang telah dibakukan dalam Tata Bahasa Baku Bahasa Indoensia.
sekarang banyak sekali kata-kata baku yg sudah di bakukan dalam tata Bahasa baku yg telah di rubah.
Dalam prakteknya sering terjadi perubahan dan penyimpangan dari aturan yang baku tersebut. Kata-kata yang menyimpang disebut kata non baku, kata non baku dapat dengan mudah ditemukan di percakapan sehari-hari antara sesama teman, keluarga, pasar atau biasanya percakapan antara orang yang kedudukannya sejajar. Tapi tidak jarang kata non baku ditemukan di tempat yang salah yaitu di situasi yang diwajibkan menggunakan kata baku, seperti di dalam penulisan ilmiah, pidato formal, dll. Hal ini terjadi salah satu penyebabnya adalah faktor lingkungan. Faktor ini mengakibabkan daerah yang satu berdialek berbeda dengan dialek didaerah yang lain, walaupun bahasa yang digunakannya tetap bahasa Indonesia.
Namun bahasa tersebut telah mengalami perubahan sehingga yang tadinya bahasa tersebut menggunakan kata-kata baku yang menurut Tata BAhasa Baku sehingga menjadi kata-kata baku yang telah terubah oleh ucapan sehari-hari dalam konteks kehidupan.
coba lihat Contoh KATA Baku – Tidak Baku Terbaru
mengesampingkan– mengenyampingkan
mengkreditkan – mengreditkan
Memperoleh – Memeroleh
Mempengaruhi – Memengaruhi
Memperkosa – Memerkosa
Mempesona – Memesona
Memperhatikan – Memerhatikan

Penggunaan ragam baku
• Surat menyurat antarlembaga
• Laporan keuangan
• Karangan ilmiah
• Lamaran pekerjaan
• Surat keputusan
• Perundangan
• Nota dinas
• Rapat dinas
• Pidato resmi
• Diskusi
• Penyampaian pendidikan
• Dan lain-lain.